Violence Culture by State and Peoples in Solving Indonesian Humanities Issues

Agus Raharjo

Abstract


Violence become familiar to the Indonesian people, like a culture in solving every humanities and community issues. The state and community are become violence producer together. Even more reproducted for time by time, so that it sounds like Indonesia is violent country. This research is qualitative research with historical approach, case study, and empirical. Some cases that are usually become violence sources are agrarian conflict and ethnic conflict. In the historical view, the violence’s are friendly with our nation, both showed to the public or hidden conflict. Amoek, is our contribution through the science for explaining the condition where the violence as the manifestation from hidden character of Malayan that seems very friendly, polite, and full of smile. Violence at the local level can be solved through reconciliation between citizens or revitalization and re-actualization of local wisdom. However, against state violence against the people, what can be changed is the mindset of state administrators in managing conflict. This change will help a lot in reducing violence in Indonesia.

Keywords: violence culture; amoek; local wisdom; structural violence; 


Full Text:


PDF View

References


Afrizal. (2006). Sosiologi Konflik Agraria: Protes-protes Agraria dalam MasyarakatIndonesia Kontemporer. Padang: Andalas University Press.

Al Humaidy, Mohammad Ali. (2007). Analisis Stratifikasi Sosial sebagai Sumber Konflik antar Etnik di Kalimantan Barat. KARSA. XII(2). 186-195

Alfandi, M. (2013). Prasangka: Potensi Pemicu Konflik Internal Umat Islam. Walisongo. 21 (1). 113-140.

Andries, F.F., Maso’ed, M., dan Bagir, Z. A. (2014). Identitas Jemaah Ahmadiyah Indonesia Dalam Konteks Multikultural. Humaniora, 26 (2): 117-133.

Astuti, Puji. (2011). Kekerasan dalam Konflik Agraria: Kegagalan Negara dalam Menciptakan Keadilan di Bidang Pertanahan. FORUM. 39(2). 52-60.

Bakri, H. (2015). Resolusi Konflik melalui Pendekatan Kearifan Lokal Pela Gandong di Kota Ambon. The POLITICS. 1(1). 51-60. http://journal.unhas.ac.id/index.php/politics/article/ view/133/pdf.

Basedau, M., Strüver, G., Vüllers, J. & Wegenast, T. (2011). “Do Religious Factors Impact Armed Conflict? Empirical Evidence from Sub-Saharan Africa”. Terrorism and Political Violence, 752–779.

BM, St. Aisyah. (2014). Konflik Sosial dalam Hubungan antara Umat Beragama. Jurnal Dakwah Tabligh. 15(2). 189-208.

Cahyono, Heru. (2004). Konflik di Kalbar dan Kalteng: Sebuah Perbandingan. Masyarakat Indonesia. XXX(2). 47-48.

Cahyono, Heru. (2008). The State and Society in Conflict Resolution in Indonesia (Conflict Area of West Kalimantan and Central Kalimantan). Journal of Indonesian Social Sciences and Humanities. 1. 151-160.

Camara, Dom Helder. (2005). Spiral Kekerasan. Yogyakarta: Resist Book.

Cicirai, Deri. (2015). Siger sebagai Wujud Seni Budaya pada Masyarakat Multietnik di Provinsi Lampung. Panggung. 25(2). 189-199.

Colombijn, F. and Linbald, J.T. (2002). Roots of Violence in Indoneia. Leiden: KITLV Press.

Dhakidae, Danial. Paradigma Baru Militer-Indonesia. Kompas. 5 Juni 1999

Dwipayana, AA.GN. Ari. (2001). Ritual ‘Amoek’ Melayu, Rekonstruksi atas Ritus-ritus Kekerasan di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 5(1). 23-39.

Ferdian Komang, Jaka. and Soerjatisnanta, Hieronymus. (2017). The Long Road to Partnership: Conflict Resolution of Register 45 Mesuji Lampung. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 20(3). 249-263.

Ferdian, Komang Jaka (2017). Model Resolusi Konflik Kawasan Register 45 Mesuji Lampung Berbasis Hutan Tanaman Rakyat. Politika: Jurnal Ilmu Politik. 8(1). 92-102.

Fidiyani, Rini. (2013). Kerukunan Umat Beragama di Indonesia (Belajar Kerharmonisan dan Toleransi Umat Beragama di Desa Cikakak, Kec. Wangon, Kab. Banyumas). Jurnal Dinamika Hukum. 13(3). 486-482.

Fitri, Annisa Innal., and Akbar, Idil. (2017). Gerakan Sosial Perempuan Ekofeminisme di Pegunungan Kendeng Provinsi Jawa Tengah Melawan Pembangunan Tambang Semen. CosmoGov. 3(1). 83-102.

Foucoult, M. (1997). Disiplin Tubuh: Bengkel Individu Moedern Yogyakarta: LKis.

Fox, J. (2002). Ethnoreligious Conflict in the Late Twentieth Century: A General Theory. Lexington Books, Lanham Md.

Gurr, T.T. (1970). Why Men Rebel?. New Jersey: Princenton University Press.

Halili. (2016). Politik Harapan Minim Pembuktian, Laporan Kondisi Kebebasan Beragama/Berkeyakinan di Indonesia 2015. Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara.

Harnanto, Rizky Agus., Ummah, Atika Ishmatul., Rekavianti, Elsya., and Ratnasari, Ayu. (2018). Gerakan Masyarakat Kendeng, Rembang untuk Keadilan dan Penegakan Hak Asasi Manusia. Jurnal Sosiologi Walisongo. 2(1). 1-16.

Hartimah, Titi. Sulaiman, Setyadi. And Farlina, Nina. (2021). Pela Gandong for Social Reconciliation and Peacebuilding in Ambon. Buletin Al-Turas. 27(2). 361-378. DOI: 10.15408/bat.v27i2.21847. https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/al-turats/article/view/21847/pdf_1.

Hidayat, Dasrun. Kuswarno, Engkus. Zubair, Feliza. and Hafiar, Hanny. (2017). Message Platform Atribut Siger Lampung di Dalam Kebhinekaan Multikultur. Jurnal Kajian Komunikasi. 5(1) 91-101.

Hobsbawm, Eric & Ranger, Terence. 1992. The Invention of Tradition. Cambrige University Press.

Humaedi, M. Alie. (2014). Kegagalan Akulturasi Budaya dan Isu Agama dalam Konflik Lampung, Jurnal Analisa. 21(2). 149-162.

Irianto, Sulistyowati. and Margaretha, Risma. (2011). Piil Pesenggiri: Modal Budaya dan Strategi Identitas Ulun Lampung. Makara, Sosial Humaniora. 15(2). 140-150.

Jati, Wasisto Raharjo. (2013). Kearifan Lokal sebagai Resolusi Konflik Keagamaan. Walisongo, 21(2). 393-416.

Jeong, HW. (2008). Understanding Conflict and Conflict Analysis. London: Sage.

Kadayifci-Orellana, S.A. Ethno-religious conflicts: Exploring the role of religion in conflict resolution, in J. Bercovitch, V. Kremenyuk, and I. W. Zartman (Eds.). (2009). The SAGE handbook of conflict resolution. London: Sage.

Komnas HAM. (2015). Laporan Akhir Tahun, Pelapor Khusus Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan. Jakarta: Komnas HAM.

Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Mesuji. (2021). Jakarta.

Lay, Cornelis. (2009). Kekerasan Atas Nama Agama: Perspektif Politik. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 13(1). 1-19.

Lindberg, Jo-Eystein (2008). Running on Faith? A Quantitative Analysis of the Effect of Religious Cleavages on the Intensity and Duration of Internal Conflicts. Tesis. University of Oslo.

Maladi, Yanis. (2012). Dominasi Negara sebagai Sumber Konflik Agraria. Masalah-masalah Hukum. 41(3). 432-442.

Manik, Very J. (2013). Reproduksi Kekerasan Tanpa Akhir: Sebuah Pandangan terhadap Ketidakmampuan Negara Mengelola Kekerasan. Jurnal Kriminologi Indonesia. 3(1). 112

Matulessy, Andik. (2013). Menggalang Toleransi Guna Mereduksi Konflik Antar Umat Beragama. Diakses pada 15 April 2015 dari http://andikmatulessy.untag-sby.ac.id/tulisan/karya-ilmiah/90-menggalang-toleransi-guna-mereduksi-konflik-antar-umatberagama.

Mulyani, Lilis. (2014). Kriti katas Penanganan Konflik Agraria di Indonesia. Bhumi. 39(13). 341-355.

Nurmeida, Avid., Purwoko, and Setiyono, Budi. (2013). Konflik Corporate vs. Society: Analisis terhadap Konflik dalam Kasus Pendirian Pabrik Semen di Kecamatan Sukolilo Pati. Journal of Politic and Government Studies. 2(2). 321-330.

Pujiriyani, Dwi Puji., and Wahab, Oki Hajiansyah. (2013). Kemandegan CSR dan Kontribusinya terhadap Perluasan Konflik Agraria di Kawasan Hutan Register 45 Mesuji. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 17(2). 101-115.

Pujiriyani, Dwi Wulan. (2013). Kemandegan CSR dan Kontribusinya terhadap Perluasan Konflik Agraria di Kawasan Hutan Register 35 Mesuji. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 17(2). 101-115

Rachman, Noer Fauzi. (2013). Mengapa Konflik-konflik Agraria Terus-menerus Meletus Disana-sini?, Sajogyo Institute’s Working Paper, No. 1. Bogor: Sajogyo Institute.

Raharjo, Sandy Nur Ikfal. (2015). Peran Identita Agama dalam Konflik di Rakhine Myanmar Tahun 2012-2013. Jurnal Kajian Wilayah. 6(1). 36-51.

Rahmi, D. (2012). “Konflik Antar Umat Beragama dan Alternatif Penyelesaiannya Melalui Pola Mediasi”. Buletin Kerabat. 67 (X), 6–7.

Sarhindi, Irfan L. (2017). Symbolic Violence in Indonesia Society: Does Islamic Radicalisation Lead to Religious Intolerance? Journal of Southeast Asian Human Rights. 1(1). 56-79.

Selviani, Delfita., Utoyo, Bambang., and Hutagalung, Simon Sumanjoyo. (2017). Resolusi Konflik Agraria di Kawasan Register 45 Sungai Buaya (Studi Desa Talang Batu Kecamatan Mesuji Timur Kabupaten Mesuji). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan. 8(2). 161-174.

Setiawan, W. (2015). Pasraman sebagai Media Pembentuk Identitas Pasca Konflik (Studi terhadap Internalisasi Tri Hita Karana pada Masyarakat Balinuraga Lampung Selatan). Jurnal Multikultural & Multireligius. 14(1). 67-79.

Silvana, Leydi. (2013). Pemetaan Daerah Rawan Konflik di Provinsi Lampung. Jurnal Bina Praja. 5(3). 169-176.

Sinaga, Risma Margaretha. (2014). Revitalisasi Tradisi: Strategi Mengubah Stigma Kajian Piil Pesenggiri dalam Budaya Lampung. Masyarakat Indonesia. 40(1). 109-126.

Suharko. (2013). Karst: Ditambang atau Dilestarikan Konflik Sosial Rencana Pembangunan Pabrik Semen di Kabupaten Pati Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. 17(2), 163–179.

Suharko. (2017). Masyarakat Adat versus Korporasi: Konflik Sosial Rencana Pembangunan Pabrik Semen di Kabupaten Pati Jawa Tengah Periode 2013-2016. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik 20(2), 97.

Sukidi, Perspektif Sejarah Kekerasan di Indonesia, sebuah kajian buku Roots of Violence in Indonesia, access on October 21, 2017 from http://scripps.ohiou.edu/news/cmdd/buku_sm.htm.

Sulastriono. (2014). Penyelesaian Konflik Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Pranata Adat. Jurnal Media Hukum. 21(2). 213-224.

Susan, Novri. (2009). Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Susan, Novri. And Wahab, Oki Hajiansyah. (2014). The Causes of Protracted Land Conflict in Indonesia’s Democracy: The Case of Land Conflict in Register 45, Mesuji Lampung Province, Indonesia. J-SustaiN. 2(1). 39-45.

Syamsudin. (2008). Beban Masyarakat Adat Menghadapi Hukum Negara. Jurnal Hukum. 15(3).

Syufa’at, M. Ali., Cahyono, Heri., and Madkur, Ahmad. (2017). Gerakan Agama dan Budaya Komunitas Sekelik Sedulur dalam Mencegah Konflik Etnis di Lampung Tengah. Ri’ayah. 2(1). 64-84.

Taufik, Z. (2014). Sufisme dan Peran Mengurai Ambivalensi Agama, access on September 15, 2016 from http://www.academia.edu/11388700/Sufisme_dan_Peran_Mengurai_Ambi-valensi_Agama.

The Wahid Institute. (2014). Laporan Tahunan Kebebasan Beragama/Berkeyakinan dan Intoleransi 2014 “Utang” Warisan Pemerintahan Baru. Jakarta: The Wahid Institute.

Tohari, Amien. (2014). Pengadaan Tanah untuk Siapa, Peniadaan Tanah dari Siapa: Pengadaan tanah, Alokasi Tanah dan Konflik Agraria. Bhumi. 40(13). 563-575.

Wahab, Oki Hajiansyah. (2013). Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan: Sebuah Transformasi Perjuangan Masyarakat (Kasus Masyaraat Moro-Moro Register 45 Mesuji Lampung). Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 16(3). 217-233.

Wahab, Oki Hajiansyah., and Ridho, M. (2016). Menjejaki Akses terhadap Keadilan dalam Konflik Agraria (Studi pada Warga Moro-Moro Mesuji Lampung). Jurnal Cita Hukum. 4(2). 209-224. DOI:10.15408/jch.v4i2.3599.2016.4.2

Windhu, I.M. (1992). Kekerasan dan Kekuasaan Menurut Johan Galtung. Yogyakarta: Kanisius.

Zainuddin. (2013). “Solusi Mencegah Konflik Antarumat Beragama”. Diakses pada 15 April 2015 dari http://zainuddin.lecturer.uin-malang.ac.id/2013/11/11/solusi-mencegahkonflik-antarumat-beragama/




DOI: http://dx.doi.org/10.20884/1.jdh.2022.22.2.2991

Refbacks

  • There are currently no refbacks.





JURNAL DINAMIKA HUKUM Indexed by :
Crossref logo

 
Jurnal Dinamika Hukum
Faculty of Law, Universitas Jenderal SoedirmanCopyright of Jurnal Dinamika Hukum
Yustisia IV Building, Law Journal CenterISSN 2407-6562 (Online) ISSN 1410-0797 (Print)
Purwokerto, Central Java, Indonesia, 53122JDH is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License